Sabtu, 31 Maret 2012

Perbedaan antara Karangan Ilmiah, Non Ilmiah, dan Semi Ilmiah

Karangan merupakan karya tulis hasil kegiatan dari seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tertulis kepada pembaca untuk dipahami.
Karangan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :

1. Karangan Ilmiah
Karangan ilmiah atau karya ilmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian  yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Menurut Brotowidjoyo karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmiahannya (Susilo M. Eko, 1995). 
Karya ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  • Objektif, sesuai dengan fakta dan data yang ada, sehingga siapa pun dapat mengecek kebenaran dan keabsahan karangan ilmiah.
  • Netral, setiap kalimat atau kata-kata yang disampaikan tidak memihak, mengajak, membujuk serta menjelekkan satu dengan yang lain.
  • Sistematis, disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan sehingga pembaca dapat mengikut alur penulisan.
  • Logis, dilihat dari pola nalar yang digunakan, pola nalar deduktif atau pola nalar induktif.
  • Tidak pleonastis, maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan atau tidak berbelit-belit.
Macam-macam karangan ilmiah diantaranya makalah, kertas kerja, pra-skripsi, skripsi, tesis, disertasi, paper (karya tulis).

Contoh karya ilmiah :
Pasal Bermata Dua
Sering kali warga masyarakat menyelesaikan kasus dugaan penyantetan dengan melakukan sumpah pocong. Soalnya, polisi tidak bisa menanganinya karena dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) memang tidak diatur. Yang ada baru sebatas rancangan. Dalam Pasal 255 Rancangan Undang-undang tenatng KUHP dinyatakan, “Setiap orang yang menyatakan dirinya mempunyai kekuatan magis, memberitahukan, menimbulkan harapan, menawarkan, atau memberikan bantuan jasa kepada orang lain bahwa karena perbuatannya dapat menimbulkan kematian, penderiataan mental atau fisik seseorang dipidana penjara paling lama lima tahun”.
Antropolog dari Universitas Negeri Jember, Kusnadi, mengakui sumpah pocong efektif menangani kasus santen di tlatah Jember dan sekitarnya. Ini merupakan suatu mekanisme cultural masyarakat dalam bentuk pembuktian terbalik. Katanya, “Cara ini bisa diterima dan diyakini memiliki kebenaran dan nilai keadilan karena dipimpin oleh seorang tokoh yang alim dan langsung bersumpah di hadapan public dan Tuhan”.
Selama ini memang belum ada dukun santet yang bisa diseret ke pengadilan. Orang yang dituduh sebagai penyantet selalu diadili langsung oleh massa dengan cara keji, seperti yang terjadi di Banyuwangi pada tahun 1998 silam. Saat itu tak kurang dari 170 orang yang dituduh sebagai dukun santet mati dibantai oleh warga. Peristiwa serupa juga meletup di Ciamis, Jawa Barat, pada tahun 1999, dengan jumlah korban yang lebih besar, sekitar 200 orang tewas dihakimi warga.
Kusnadi kurang setuju soal santet dimasukkan dalam KUHP karena akan tetap sulit pembuktiannya. Ini juga bisa menjadi pisau bermata dua. Mungkin pasal ini bisa mengurangi praktik santet, tetapi juga bisa dimanfaatkan oleh orang untuk mencelakakan atau menjebak orang lain lewat tuduhan palsu.
Hakim Agung, Benjamin Mangkoedilaga memperkirakan, pasal ini tidak akan efektif. Persoalannya, orang yang melakukan praktik itu dan menyewanya dipastikan tidak akan mengaku. Selan itu, “Bagaimana orang bisa yakin bahwa perbuatan santet itu yang menyebabkan kematian seseorang? Bisa saja karena sebab lain”. Ia menyarankan agar hal yang sulit diukur dan diselidiki sebab-akibatnya seperti santet tidak perlu diatur dalm KUHP.

Sumber : Tempo, Edisi 29 September - 5 Oktober 2003, hal 126-127


2. Karangan Non Ilmiah
Karangan non ilmiah atau fiksi merupakan satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, ada unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting, dan lain sebagainya.
Ada juga yang menyebutkan karya non ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subjektif, tidak didukung oleh fakta umum, biasanya menggunakan gaya bahasa yang tidak terlalu formal, bersifat imajinatif, tanpa dukungan bukti, tidak memuat hipotesis, dan bersifat persuasif.
Dongeng, cerpen, novel, drama, komik dan roman merupakan contoh dari karangan non ilmiah.

Contoh karangan non ilmiah (dongeng):
Tikus Pembuat Bola Nasi
Pada jaman dahulu, ada sepasang Kakek dan Nenek yang amat sangat rukun. Setiap pagi Kakek pergi ke gunung menebang kayu, lalu menjualnya ke kota. Dan Nenek membuatkan tiga bulatan bola nasi yang lezat untuk bekal.
"Selamat bekerja Kek, hati-hati ya!" Nenek mengantarkan kepergian Kakek sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Terima kasih ya Nek, kalau aku makan bola nasi buatan Nenek, tenagaku bertambah."
Tiga bulatan bola nasi tadi dibuat dari beras mereka yang terakhir.
Kakek yang telah sampai di gunung, berkata
"Yo..ho! para pohon, aku akan mengganggu, aku akan menebang dahan-dahanmu yang kering"
Kakek mulai menebang dahan-dahan kering, dan mengumpulkannya.
Binatang-binatang datang berkumpul karena bau lezat yang disebarkan oleh bola-bola nasi itu.
"Kalau ini sudah selesai, kita akan sarapan. kalian pun akan ku bagi".
Kelinci dan Tupai yang rajin memakan bola-bola nasi itu membantu Kakek mengumpulkan dahan-dahan kering.
"Terima kasih ya,semuanya. Sebentar lagi kita makan bersama"
Lalu Kakek mengeluarkan bulatan bola nasinya yang pertama dan bermaksud membagi dengan semuanya, masing-masing sedikit. Tetapi tanpa disengaja, bola nasi itu lepas dari tangannya dan menggelinding.
"Ah, ah, bola nasi itu!"
Bola nasi yang amat berharga itu terus menggelinding ke lereng bukit.
"Hei bola nasi....! Tunggu....!"
Kakek pun berlari menuruni lereng bukit untuk mengejarnya. tetapi bola nasi menggelinding semakin cepat. Binatang-binatang yang akan dibagi bola nasi itu berteriak.
"Semuanya, ayo tangkap bola nasi itu!" Tupai, Kelinci, Kera, dan Rusa semuanya mengejar bola nasi.
"Hei! Bola nasi yang berharga, tunggu sebentar...!" Tetapi bola nasi itu terus menggelinding sampai akhirnya tiba di kaki gunung. Dan semuanya sudah menjadi lapar sekali. Bola nasi menggelinding semakin pelan, dan "plung" jatuh ke dalam lubang.
"Eh, bola nasi, kau jatuh ke lubang. Bagaimana ini?" Kakek mengulurkan tangannya ke dalam lubang yang gelap, ia bermaksud menggambil bola nasi. Tetapi tangannya tidak sampai. pada saat itu, dari dalam lubang terdengar suara musik gembira, "teng, teng, teng"
"Eh, ajaib!"
Kakek dan binatang-binatang itu lupa akan rasa lapar mereka. Mereka memasang telinga mendengarkan suara musik yang keluar dari dalam lubang. Beberapa saat kemudian, musik itu berhenti. Kakek merasa kecewa, kemudian ia menjatuhkan bola nasi kedua yang sebenarnya untuk makan malam. Suara musik itu kembali terdengar "teng, teng, teng".
"Wah, ini menyenangkan sekali! Aku jadi gembira" Kakek menjatuhkan juga bola nasi yang ketiga.
"Ah... ya, ya!" Binatang-binatang pun lalu menari. Kera meniru-niru gaya Kakek. Rubah dan Tupai juga menari. Burung-burung kecil senang dengan musik itu, mereka semua bergembira.
"Ah... ya, ya! Ketika mereka suara sedang menari mengelilingi lubang itu, kaki kakek terpeleset dan "bruk" Kakek jatuh ke dalam lubang.
"Kakek, selamat datang di negeri Tikus" Di dasar lubang itu para tikus meletakkan lentera kertas, dan menyambut Kakek.
"Kakek terima  kasih untuk bola-bola nasinya yang amat lezat"
"Pemimpin kami ingin mengucapkan terima kasih, meri kami antarkan kepadanya" Dengan diantar oleh tikus-tikus itu, Kakek masuk. Setelah keluar dari lorong yang gelap, tibalah Kakek di ruangan yang luas. Di sana telah menunggu Pemimpin tikus.
"Kakek, terima  kasih untuk bola nasi yang lezat. Sebagai tanda terima kasih, kami akan membuatkan makanan. Santai-santailah seperti di rumah sendiri."
Pemimpin Tikus memperlakukan Kakek sebaik mungkin.
"Coba, lihatlah itu!"
Ketika Kakek melihat ke arah yang ditunjuk oleh Pemimpin Tikus, ternyata di sana ada banyak sekali tikus-tikus membuat makanan dengan bola-bola nasi dari Kakek.
"Tok tok! Ayo buat makanan yang lezat. Tok tok."
Bola-bola nasi Kakek telah berubah menjadi makanan-makanan kecil, dan ketika Kakek mencoba menghitungnya, ada beratus-ratus. Kakek dibawa ke ruang tamu, dan di depannya telah terhidang makanan lezat. Lalu musik pun dimulai, dan gadis-gadis tikus yang cantik mulai menari.
"Karena bola nasi, kita bisa membuat banyak makanan, ayo kita rayakan dengan gembira" Kakek dan Pemimpin Tikus menyanyi dan menari.
Kakek mabuk karena sake, ia terus menari dan lupa akan waktu. Sayup-sayup terdengar bunyi genta dari kuil.
"Sudah senja. Nenek pasti sudah menunggu. Aku harus segera pulang, menjual kayu bakar ini dan membeli beras" Para tikus itu memberikan sebuah palu kayu keberuntungan kepada Kakek yang akan pulang.
"Palu ini adalah palu untuk memanggil kebahagiaan. Ambillah sebagai hadiah kami"
"Terima kasih atas jamuan dan hadiah ini" Kemudian Kakek keluar dari lubang yang berbeda dengan ketika ia datang.
"Selamat jalan, Kek! Buatkan lagi kami bola nasi yang lezat, ya"
Kakek berangkat untuk menjual kayu bakar dengan dilepas oleh para tikus. Kakek yang tiba di kota, segera pergi ke toko yang biasa membeli kayu bakarnya. Tetapi,
"Sayang sekali, karena hari ini datang terlambat, aku sudah membelinya dari orang lain" Demikian juga dengan toko lain. Kakek berjalan berkeliling kota, tapi tidak sebatang pun kayu bakarnya terjual. tanpa bisa berbuat apa-apa, Kakek pulang menyusuri jalan dengan lunglai. matahari senja mulai tenggelam.
"Malangnya aku. Aku sudah membuang-buang waktu. Kalau tadi aku menjual kayu bakar, pasti aku bisa membeli beras dan sayuran. Pasti Nenek sudah menunggu-nunggu"
Sambil berjalan Kakek menyesali diri. Dengan kaki berat, akhirnya Kakek tiba di rumah.
"Selamat datang, Kek. Hari ini Kakek tentu letih seharian. Setelah mencuci kaki, makanlah. Walaupun yang ada hanya ubi. Tidak apa, khan!"
Sambil makan ubi, Kakek bercerita tentang bola nasi dan tikus-tikus ajaib itu. Tiba-tiba muncullah tikus yang membawa lentera kertas. Nenek segera mendekap Tama, kucing mereka yang lalu bertingkah ganas.
"Apa ada yang ketinggalan?" tanya Kakek.
"Ya. Palu kayu keberuntungan. Palu ini adalah palu ajaib, kalau ada yang Kakek inginkan, goyangkan saja palu ini"
Setelah berkata demikian, tikus itu menghilang. Kakek segera berkata : "Makanan keluarlah!" Sambil berkata demikian, ia menggoyangkan palunya. Lalu muncullah makanan yang menggunung.
"Aduh enaknya makanan-makanan ini" Aku belum pernah melihat makanan seperti ini. Pasti, lebih enak bila dibandingkan dengan ubi. Kakek, Nenek dan Tama amat gembira sekali. Keesokan paginya, Kakek dan Nenek menggoyangkan palu kayu itu. Lalu mereka memuat makanan yang banyak itu ke gerobak, dan berkeliling desa. Mereka membagi-bagikannya kepada orang-orang yang miskin dan mereka yang membutuhkan. Karena merekalah, orang-orang desa yang miskin menjadi sehat. Selain itu, mereka semua menjadi giat bekerja, sehingga hasil sawah dan ladang mereka berlimpah ruah.
Kakek dan Nenek membuat banyak sekali bola-bola nasi dengan beras hasil panen mereka, dan pergi ke lubang tikus sebagai tanda terima kasih. Lalu binatang-binatang hutan pun berdatangan, dan mereka semua makan bola-bola nasi itu. Saat itu semua berbahagia dan bergembira.

Sumber : Elex Media Komputindo, Buku Dongeng Anak-anak Bergambar Tikus Pembuat Bola Nasi, Gramedia, Jakarta, 1993.


3. Karangan Semi Ilmiah 
Karangan semi ilmiah adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan, penulisannya pun tidak semi formal tetapi sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah diatas karena jenis semi ilmiah memang masih banyak digunakan misalnya dalam dongeng, hikayat, komik, novel, roman, dan cerpen.

Contoh karangan semi ilmiah :
Ada Apa Dengan Sakit ?
Rata-rata orang yang gila kerja tidak merasa sakit kendati sedang sakit. Sebaliknya, orang yang hypochondriac selalu merasa sakit kendati sehat. Baron von Munhausen tercatat mahir melakukan peran secara meyakinkan sehingga dokter bedahnya berhasil dikelabui. Pasien begini merasa puas setiap kali dokternya kecele tidak menemukan penyakitnya.
Dalam keseharian pun kita melihat tidak semua yang datang ke dokter pasti sedang sakit. Wanita yang masuk kamar praktik dokter dengan dandanan menor, misalnya, hampir pasti tidak sedang sakit. Setidaknya tak ada yang tidak beres dengan badannya. Boleh jadi cuma lagi rindu pada dokternya.
Mungkin untuk urusan mengantar nenek pulang kampong, atau mertua kawin lagi, boleh jadi orang yang sebetulnya sehat minta dokter memberi label sakit. Besarnya otoritas dokter melabel sehat atau sakit, menjadi ruang bagi orang yang sebetulnya bukan pasien, dan tentu buat dokternya juga, bisa leluasa bersandiwara. Sebab suka atau tidak, setuju atau tidak setuju, sertifikat dokter legal di pengadilan hukum. Termasuk sertifikat yang dokter berikan kepada orang yang berpura-pura sakit.
Tarulah dokternya jujur. Orang ragu mengeluh ada rasa tidak enak di badan. Akan tetapi, keluhan tidak enak subjektif milik pasien. Andai keluhan Cuma dusta pun, dokter tidak bisa apa-apa. Sahih tidaknya keluhan sakit yang mengaku pasien belum tentu bisa dokter buktikan. Apalagi jika dokter tidak jujur.
Menjadi pelik jika orang yang mengaku pasien, misalnya menolak diajak dokternya, tidak mau bangkit dari kursi roda, mengaku tak mampu menjawab tes yang dokter berikan atau pengakuan dusta lainnya. Kondisi orang yang sebetulnya bukan pasien seperti itu berisiko menyesatkan dokter dalam menetapkan status medis. Itu sebab keluhan sakit yang dipercaya dokter bisa dijadikan tempat berlindung dan ruang sandiwara bagi pihak yang sebetulnya bukan pasien untuk berpura-pura sakit.


Referensi : 
Elex Media Komputindo, Buku Dongeng Anak-anak Bergambar Tikus Pembuat Bola Nasi, Gramedia, Jakarta, 1993.
http://amatirs.blogspot.com/2010/04/perbedaan-karangan-non-ilmiah-semi.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar