Jumat, 09 Maret 2012

Penalaran Deduksi dan Induksi


Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Ada juga yang menyebutkan penalaran adalah bentuk tertinggi dari pemikiran, dan sebab itu lebih rumit dibanding pengertian dan proposisi. Secara sederhana penalaran dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan kesimpulan berdasarkan proporsi-proporsi yang mendahuluinya.
Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif : 

1.     Penalaran Deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu kemudian dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus atau dengan kata lain konklusi lebih sempit dari premis. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Contoh : Ada berbagai macam taman khusus yang ditampilkan di Taman Bunga Nusantara yaitu taman air, taman Perancis, taman mawar, taman rahasia (labyrinth), taman Bali, taman mediterania, taman gaya Jepang dan taman palem yang tertata sangat cantik.
Macam-macam penalaran Deduktif, diantaranya :
·        Entimen
adalah penalaran deduksi secara langsung. Dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
·        Silogisme
adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua pernyataan (premis) dan sebuah kesimpulan (konklusi ). Contoh :
Semua mahasiswa Gunadarma harus membuat penulisan ilmiah (premis mayor)
Rizki adalah mahasiswa Gunadarma (premis minor)
Jadi Rizki harus membuat penulisan ilmiah (konklusi)

2.     Penalaran Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum, prosesnya disebut induksi. Contohnya : Dengan bahasa,manusia dapat menyampaikan bermacam-macam pikiran dan perasaan kepada sesama manusia. Dengan bahasa pula, manusia dapat mewariskan semua pengalaman dan pengetahuannya. Seandainya manusia tidak berbahasa, alangkah sunyinya dunia ini. Memang bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Ada 3 macam penalaran Induktif, diantaranya :
a.      Generalisasi
adalah proses penalaran yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus untuk diambil kesimpulan yang bersifat umum. Generalisasi merupakan bentuk dari metode berpikir induktif atau dengan kata lain konklusi lebih luas dari premis. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangannya generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik dan sebagainya. Contoh : Bensin merupakan jenis bahan bakar apabila terkena api akan mudah terbakar. Demikian juga minyak tanah, termasuk bahan bakar yang mudah terbakar. Solar pun demikian pula halnya, bila terkena api akan mudah terbakar. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semua jenis bahan bakar apabila terkena api akan mudah terbakar.
Dari segi kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan generalisasi dibedakan menjadi 2, yaitu :
·        Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
·        Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Dari segi bentuknya generalisasi dapat dibedakan menjadi 2 (Gorys Keraf, 1994 : 44-45), yaitu :
·        Tanpa Loncatan Induktif, sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
·        Dengan  Loncatan Induktif, bertolak dari beberapa fakta namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut (proporsisi) yang digunakan kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan.

b.     Analogi
merupakan perbandingan dua hal yang berbeda, tetapi masih memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal yang dibandingkan. Berdasarkan banyak kesamaan tersebut, ditariklah suatu kesimpulan. Contohnya : Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan berlayar. Sewaktu berlayar, ada saja rintangan seperti badai yang membuat layar kapala robek. Ada pula ombak besar yang menghempas kapal. Dapatkah seseorang melaluinya ? Begitu pula bila menuntut ilmu, seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran, dan sebagainya. Apakah Dia sanggup melaluinya ? Jadi, menuntut ilmu sama halnya dengan berlayar yaitu banyak rintangan untuk mencapai daratan.

c.        Sebab Akibat
sebab dapat bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Akan tetap, sebab akibat ini dapat juga terbalik, akibat yang menjadi gagasan utamanya dan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.

Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar