Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan
indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Ada juga yang menyebutkan penalaran adalah bentuk tertinggi dari pemikiran, dan
sebab itu lebih rumit dibanding pengertian dan proposisi. Secara sederhana
penalaran dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan kesimpulan berdasarkan
proporsi-proporsi yang mendahuluinya.
Ada
dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif :
1.
Penalaran Deduktif adalah metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu kemudian dihubungkan
dalam bagian-bagian yang khusus atau dengan kata lain konklusi lebih sempit
dari premis. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Contoh : Ada berbagai macam
taman khusus yang ditampilkan di Taman Bunga Nusantara yaitu taman air, taman
Perancis, taman mawar, taman rahasia (labyrinth), taman Bali, taman
mediterania, taman gaya Jepang dan taman palem yang tertata sangat cantik.
Macam-macam
penalaran Deduktif, diantaranya :
·
Entimen
adalah penalaran deduksi
secara langsung. Dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau
tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
·
Silogisme
adalah suatu proses
penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua pernyataan
(premis) dan sebuah kesimpulan (konklusi ). Contoh :
Semua mahasiswa Gunadarma
harus membuat penulisan ilmiah (premis mayor)
Rizki
adalah mahasiswa Gunadarma (premis minor)
Jadi
Rizki harus membuat penulisan ilmiah (konklusi)
2.
Penalaran Induktif adalah metode
yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum,
prosesnya disebut induksi. Contohnya : Dengan bahasa,manusia dapat menyampaikan
bermacam-macam pikiran dan perasaan kepada sesama manusia. Dengan bahasa pula,
manusia dapat mewariskan semua pengalaman dan pengetahuannya. Seandainya
manusia tidak berbahasa, alangkah sunyinya dunia ini. Memang bahasa memegang
peranan penting dalam kehidupan manusia.
Ada 3 macam penalaran
Induktif, diantaranya :
a.
Generalisasi
adalah
proses penalaran yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus untuk diambil
kesimpulan yang bersifat umum. Generalisasi merupakan bentuk dari metode
berpikir induktif atau dengan kata lain konklusi lebih luas dari
premis. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam
pengembangannya generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik
dan sebagainya. Contoh : Bensin merupakan jenis bahan bakar apabila terkena api
akan mudah terbakar. Demikian juga minyak tanah, termasuk bahan bakar yang mudah
terbakar. Solar pun demikian pula halnya, bila terkena api akan mudah terbakar.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semua jenis
bahan bakar apabila terkena api akan mudah terbakar.
Dari
segi kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan generalisasi dibedakan
menjadi 2, yaitu :
·
Generalisasi sempurna adalah generalisasi
dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
·
Generalisasi tidak sempurna
adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan
kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Dari segi bentuknya generalisasi dapat
dibedakan menjadi 2 (Gorys Keraf, 1994 : 44-45), yaitu :
·
Tanpa Loncatan Induktif, sebuah generalisasi
bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan sehingga tidak
terdapat peluang untuk menyerang kembali.
·
Dengan Loncatan Induktif, bertolak
dari beberapa fakta namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh
fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut (proporsisi) yang digunakan kemudian
dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan.
b.
Analogi
merupakan perbandingan dua
hal yang berbeda, tetapi masih memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari
kedua hal yang dibandingkan. Berdasarkan banyak kesamaan tersebut, ditariklah
suatu kesimpulan. Contohnya : Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan
berlayar. Sewaktu berlayar, ada saja rintangan seperti badai yang membuat layar
kapala robek. Ada pula ombak besar yang menghempas kapal. Dapatkah seseorang
melaluinya ? Begitu pula bila menuntut ilmu, seseorang akan mengalami rintangan
seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran, dan sebagainya. Apakah
Dia sanggup melaluinya ? Jadi, menuntut ilmu sama halnya dengan berlayar yaitu
banyak rintangan untuk mencapai daratan.
c.
Sebab Akibat
sebab dapat bertindak
sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Akan
tetap, sebab akibat ini dapat juga terbalik, akibat yang menjadi gagasan
utamanya dan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah
sebab sebagai perinciannya.
Referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar