Senin, 07 Januari 2013

Kendaraan Umum dan Saya

Saya seorang mahasiswi semester 7 di Universitas Gunadarma, mulai dari semester awal hingga sekarang saya adalah pengguna setia kendaraan umum.

Yaaaa kurang lebih sudah 3,5 tahun saya adalah pengguna setia kendaraan umum seperti metromini 69 (Ciledug – Blok M), kopaja 63 (Blok M – Depok), kopaja 614 (Ps. Minggu – Cipulir), angkot C.01 (Kebayoran Lama – Ciledug), angkot 129 (Mekarsari – Ps. Minggu), angkot D.11 (Ps. Pal – Depok), angkot 112 (Kp. Rambutan – Depok).
Kalau berangkat kuliah kendaraan yang wajib saya naiki adalah metromini 69 dan kopaja 63, saya transit di Terminal Blok M. Kenapa saya pilih jalur itu ??? Karena waktu yang ditempuh lebih cepat dibanding dengan rute yang lain. Nah kalau pulang sih bebas lewat mana aja tergantung lagi kuliah di kampus apa.

Gambar Metromini 69

Gambar Kopaja 63

Gambar Terminal Blok M (nampak atas)

 “Kenapa ga bawa kendara pribadi aja ki ?? Kan lebih menghemat waktu, ongkos, dan tenaga. Atau engga ngekos aja ki, kan jauh dr Ciledug ke Depok.”
Itu pertanyaan yang sering teman-teman tanyakan kepada saya selama saya kuliah dan terkadang saya hanya tersenyum menanggapinya.

Saat liburan semester 2 saya berpikir semester depan ingin bawa kendaraan pribadi (motor atau mobil), berhubung mengendarai motor sudah dari SMA tapi tidak ada SIM (Surat Izin Mengemudi) dan saat liburan semester 2 saya mengalami kecelakaan motor, maka saya memutuskan untuk kursus stir mobil pada bulan Agustus 2010 di Panca Sari Jaya. Bapakpun sangat mendukung, karena dari keempat anak perempuannya (termasuk saya) hanya saya yang berani untuk ikut kursus stir mobil. Saat itu biaya kursus (10 kali pertemuan per pertemuan 1 jam) + SIM A kurang lebih dikenakan biaya Rp. 2.000.000, dn mobil yang digunakan mobil Xenia manual (menggunakan kopling). Akhirnya SIM A dan sertifikat kursus stir mobil pun ditangan pada tanggal 26 Agustus 2010, bisa dibilang itu kado terindah di tahun 2010 dari orangtua saya karena bukan hanya SIM yang saya dapatkan tapi ilmu mengemudi dan teman-teman baru.

Masuk semester 3 awal saya masih naik kendaraan umum karena saya masih belum yakin, ingin memahami kondisi jalan. Suatu saat saya duduk dikendaraan umum saya berfikir, misalnya saya membawa kendaraan pribadi dan ada 10000 orang seperti saya ingin beralih dari keendaraan umum ke kendaraan pribadi maka yang ada jalanan semakin penuh sesak dengan kendaraan pribadi, kemacetan bertambah parah, tingkat kecelakaanpun bisa meningkat, polusi udara yang semakin tinggi, bahkan yang paling kasihan adalah para supir bis dan kondektur bis karena pendapatan mereka akan berkurang sedangkan disatu sisi mereka harus membayar setoran bis, pungli disepanjang jalan, serta mereka harus mencari nafkah untuk anak, istri, dan keluarganya. Misalnya 10000 orang itu beralih ke kendaraan pribadi pasti supir bis dan kondektur bis tidak bisa memaksimalkan nafkah untuk keluarganya jika mereka hanya bergantung dari ongkos para penumpangnya. Bahkan mereka bisa menjadi pengangguran jika para penumpang bis itu mayoritas beralih ke kendaraan pribadi.

Mulai saat itulah saya mengurungkan niat saya untuk membawa kendaraan pribadi ke kampus, yaa walau jarak yang ditempuh lumayan jauh, menguras waktu, dan tenaga tapi disitulah saya mendapatkan pelajaran hidup. Bahkan tak jarang saya ngobrol dengan supir atau kondektur bis, mereka sering bercerita susahnya mencari uang, penumpang yang semakin hari semakin sepi, dan tak jarang mereka bercerita tentang keluarganya.

Saya bersyukur dilahirkan dikeluarga kecil yang bahagia dan sederhana karena dari kesederhanaan kita bisa berpikir bagaimana susahnya mengkejar impian, mimpi, cita-cita, semua harus ada pengorbanan, usaha, dan kerja keras.

Yuuukkk yang masih setia menggunakan kendaraan umum jangan beralih ke kendaraan pribadi yaaa, yang menggunakan kendaraan pribadi coba sekali-kali menggunakan kendaraan umum atau fasilitas umum lainnya karena dapat mengurangi kemacetan dan polusi udara loh, rasa toleransi, saling tolong-menolong, saling menghargai terhadap sesama umat manusia juga akan terjalin lebih baik J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar