Saya
seorang mahasiswi semester 7 di Universitas Gunadarma, mulai dari semester awal
hingga sekarang saya adalah pengguna setia kendaraan umum.
Kalau berangkat kuliah kendaraan yang wajib saya naiki adalah metromini 69 dan kopaja 63, saya transit di Terminal Blok M. Kenapa saya pilih jalur itu ??? Karena waktu yang ditempuh lebih cepat dibanding dengan rute yang lain. Nah kalau pulang sih bebas lewat mana aja tergantung lagi kuliah di kampus apa.
Gambar Metromini 69
Gambar Kopaja 63
Gambar Terminal Blok M (nampak atas)
“Kenapa ga bawa kendara pribadi aja ki ?? Kan
lebih menghemat waktu, ongkos, dan tenaga. Atau engga ngekos aja ki, kan jauh
dr Ciledug ke Depok.”
Itu
pertanyaan yang sering teman-teman tanyakan kepada saya selama saya kuliah
dan terkadang saya hanya tersenyum menanggapinya.
Saat
liburan semester 2 saya berpikir semester depan ingin bawa kendaraan pribadi
(motor atau mobil), berhubung mengendarai motor sudah dari SMA tapi tidak ada
SIM (Surat Izin Mengemudi) dan saat liburan semester 2 saya mengalami
kecelakaan motor, maka saya memutuskan untuk kursus stir mobil pada bulan
Agustus 2010 di Panca Sari Jaya. Bapakpun sangat mendukung, karena dari keempat
anak perempuannya (termasuk saya) hanya saya yang berani untuk ikut kursus stir
mobil. Saat itu biaya kursus (10 kali pertemuan per pertemuan 1 jam) + SIM A kurang
lebih dikenakan biaya Rp. 2.000.000, dn mobil yang digunakan mobil Xenia manual
(menggunakan kopling). Akhirnya SIM A dan sertifikat kursus stir mobil pun
ditangan pada tanggal 26 Agustus 2010, bisa dibilang itu kado terindah di tahun
2010 dari orangtua saya karena bukan hanya SIM yang saya dapatkan tapi ilmu
mengemudi dan teman-teman baru.
Masuk
semester 3 awal saya masih naik kendaraan umum karena saya masih belum yakin,
ingin memahami kondisi jalan. Suatu saat saya duduk dikendaraan umum saya
berfikir, misalnya saya membawa kendaraan pribadi dan ada 10000 orang seperti
saya ingin beralih dari keendaraan umum ke kendaraan pribadi maka yang ada
jalanan semakin penuh sesak dengan kendaraan pribadi, kemacetan bertambah parah,
tingkat kecelakaanpun bisa meningkat, polusi udara yang semakin tinggi, bahkan
yang paling kasihan adalah para supir bis dan kondektur bis karena pendapatan
mereka akan berkurang sedangkan disatu sisi mereka harus membayar setoran bis,
pungli disepanjang jalan, serta mereka harus mencari nafkah untuk anak, istri,
dan keluarganya. Misalnya 10000 orang itu beralih ke kendaraan pribadi pasti
supir bis dan kondektur bis tidak bisa memaksimalkan nafkah untuk keluarganya
jika mereka hanya bergantung dari ongkos para penumpangnya. Bahkan mereka bisa
menjadi pengangguran jika para penumpang bis itu mayoritas beralih ke kendaraan
pribadi.
Mulai
saat itulah saya mengurungkan niat saya untuk membawa kendaraan pribadi ke
kampus, yaa walau jarak yang ditempuh lumayan jauh, menguras waktu, dan tenaga
tapi disitulah saya mendapatkan pelajaran hidup. Bahkan tak jarang saya ngobrol
dengan supir atau kondektur bis, mereka sering bercerita susahnya mencari uang,
penumpang yang semakin hari semakin sepi, dan tak jarang mereka bercerita
tentang keluarganya.
Saya
bersyukur dilahirkan dikeluarga kecil yang bahagia dan sederhana karena dari
kesederhanaan kita bisa berpikir bagaimana susahnya mengkejar impian, mimpi,
cita-cita, semua harus ada pengorbanan, usaha, dan kerja keras.
Yuuukkk
yang masih setia menggunakan kendaraan umum jangan beralih ke kendaraan pribadi
yaaa, yang menggunakan kendaraan pribadi coba sekali-kali menggunakan kendaraan
umum atau fasilitas umum lainnya karena dapat mengurangi kemacetan dan polusi
udara loh, rasa toleransi, saling tolong-menolong, saling menghargai terhadap
sesama umat manusia juga akan terjalin lebih baik J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar