Anggota Kelompok :
Dian Putri Yulandari (11109534)
Kiki Septella
Sari (10109398)
Lisa Febriani (15109860)
Muharom Rusdiana
D. A. (14109367)
Nadia Achya (14109376)
Puji Utami (14109512)
Rico Ardiansyah (14109611)
Rizki Ariyani (11109030)
Rizkia Tri
Andani (10109200)
Septiani
Ambarwati (14109403)
Kelas :
3 KA 01
Jurusan :
Sistem Infomasi
Fakultas :
Ilmu Komputer
Dosen : Tri Budiarta
DEPOK
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia tentang Kalimat Efektif.
Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini juga untuk menambah wawasan
tentang pengetahuan Bahasa secara meluas.
Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Tri Budiarta selaku dosen Bahasa Indonesia kami yang telah
membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa Makalah
ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan Makalah selanjutnya
menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama
anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran,
keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa
yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang
dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau
pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan
kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau
gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh
penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak
tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa
maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara
tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit.
Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak
memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain,
mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau
bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud
kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan
kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala
permasalahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
2.1 Kalimat efektif memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau
penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya
antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau
penulisnya.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk,
ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.
A. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan
antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat
ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang
baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti
tercantum di bawah ini:
- Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan
subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan
pemakaian kata depan di, dalam
bagi untuk, pada, sebagai, tentang,
mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a.
Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus
membayar uang kuliah. (Salah)
b.
Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar
uang kuliah. (Benar)
- Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a.
Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b.
Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu
dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a.
Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b.
Saat itu bagi saya kurang jelas.
- Kalimat penghubung
intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat.
Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor
Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung
intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. Kami datang agak terlambat
sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami
tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor
Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan
tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
- Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal
dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di
depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah
sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan
bioskop Gunting.
B. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk
kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba.
Contoh:
- Harga minyak dibekukan atau
kenaikan secara luwes.
- Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air,
dan pengaturan tata ruang.
Kalimat a tidak
mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri
dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan
dan kenaikan. Kalimat
itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau
dinaikkan secara luwes.
Kalimat b tidak
memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya,
yaitu kata pengecatan,
memasang,pengujian, dan pengaturan.
Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai
berikut.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
C. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu
perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang
perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan
itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
- Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal
kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun
bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun
bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan
kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
- Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
- Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
- Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
- Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
D. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif
adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak
perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat
menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan
terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
- Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
- Karena ia tidak
diundang, dia tidak
datang ke tempat itu.
- Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat
itu adalah sebagai berikut.
- Karena tidak diundang, dia tidak datang ke
tempat itu.
- Hadirin serentak berdiri setelah
mengetahui bahwa presiden datang.
- Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan:
- Ia memakai baju warna merah.
- Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat
diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b.
Di
mana engkau menangkap pipit itu?
- Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam
satu kalimat.
Perhatikan
kalimat-kalimat di bawah ini.
- Dia hanya membawa
badannya saja.
- Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat
diperbaiki menjadi
- Dia hanya membawa
badannya.
- Sejak pagi dia bermenung.
- Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata
yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku bentuk baku :
Para tamu-tamu para tamu.
Beberapa orang-orang beberapa orang.
E. Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu
tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
- Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal
itu menerima hadiah.
- Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima
ribuan.
Kalimat 1 memilikimakna
ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki
makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima
ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan
tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang
bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan. Kalimat itu dapat
diubah menjadi
Yang diceritakan ialah
putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
F. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah
kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya
tidak terpecah-pecah.
1.
Kalimat
yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada
kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan
itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia
Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
Silahkan Anda
perbaiki kalimat di atas supaya menjadi kalimat yang padu.
2.
Kalimat
yang padu mempergunakan pola aspek +
agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif
persona.
a. Surat itu saya sudah baca.
b. Saran yang dikemukakannya kami
akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen
dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan
kami pertimbangkan.
3.
Kalimat
yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara
predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat
ini :
a. Mereka membicarakan daripada
kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas
tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a.
Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b.
Makalah ini akan membahas desain interior pada
rumah-rumah adat.
G. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat
itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
2.2 Ketidakefektifan Kalimat
Menurut Nazar
(1991, 44:52) ketidakefektifan kalimat dikelompokkan menjadi (1) ketidaklengkapan
unsur kalimat, (2) kalimat dipengaruhi bahasa Inggris, (3) kalimat mengandung
makna ganda, (4) kalimat bermakna tidak logis, (5) kalimat mengandung gejala
pleonasme, dan (6) kalimat dengan struktur rancu.
1. Ketidaklengkapan
Unsur Kalimat
Seperti yang sudah
dibicarakan sebelumnya bahwa kalimat efektif harus memiliki unsur-unsur yang
lengkap dan eksplisit. Untuk itu, kalimat efektif sekurang-kurangnya harus
mengandung unsur subjek dan predikat. Jika salah satu unsur atau kedua unsur
itu tidak terdapat dalam kalimat, tentu saja kalimat ini tidak lengkap.
Adakalanya suatu kalimat membutuhkan objek dan keterangan, tetapi karena
kelalaian penulis, salah satu atau kedua unsur ini terlupakan. Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh berikut.
(1) Dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif.
(2) Masalah yang dibahas dalam
penenelitian ini.
(3) Untuk membuat sebuah penelitian harus
menguasai metodologi penelitian.
(4) Bahasa Indonesia yang berasal dari
Melayu.
(5) Dalam rapat pengurus kemarin sudah
memutuskan.
(6) Sehingga masalah itu dapat diatasi
dengan baik.
Kalau kita
perhatikan kalimat di atas terlihat bahwa kalimat (1) tidak memiliki subjek
karena didahului oleh kata depan dalam;
kalimat (2) dan (4) tidak memiliki predikat hanya memiliki subjek saja;
kalimat (3) tidak memiliki subjek; kalimat (5) tidak memiliki subjek dan objek;
kalimat (6) tidak memiliki subjek dan predikat karena hanya terdiri atas
keterangan yang merupakan anak kalimat yang berfungsi sebagai keterangan. Agar
kalimat-kalimat di atas menjadi lengkap, kita harus menghilangkan bagian-bagian
yang berlebih dan menambah bagian-bagian yang kurang sebagaimana terlihat pada
contoh berikut.
(1a) Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif.
(1b) Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode deskriptif.
(2a) Masalah yang dibahas dalam penelitian
ini adalah jenis dan makna konotasi teka-teki dalam bahasa
Minangkabau.
(3a) Untuk membuat sebuah penelitian kita
harus menguasai metodologi penelitian.
(4a) Bahasa Indonesia berasal dari
Melayu.
(5a) Dalam rapat pengurus kemarin kita sudah
memutuskan program baru.
(6a) Kita harus berusaha keras sehingga
masalah itu dapat diatasi dengan baik.
2. Kalimat
Dipengaruhi Bahasa Inggris
Dalam karangan ilmiah sering dijumpai pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam mana, di dalam mana, dari
mana, dan yang mana sebagai
penghubung. Menurut Ramlan (1994:35-37) penggunaan bentuk-bentuk tersebut
kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.
Bentuk di mana sejajar
dengan penggunaan where, dalam mana dan
di dalam mana sejajar dengan
pemakaian in which, dan yang mana sejajar dengan which. Dikatakan dipengaruhi oleh
bahasa Inggris karena dalam bahasa Inggris bentuk-bentuk itu lazim digunakan
sebagai penghubung sebagaimana terlihat pada contoh berikut.
(7) The house where he live very large.
(8) Karmila opened the album in which he had kept her new
photogragraph.
(9) If I have no class, I stay at the
small building from where the
sound of gamelan can be heard smoothly
(10) The tourism sector which is the economical back bone of
country must always be intensified.
Pemakaian
bentuk-bentuk di mana, dalam mana, di
dalam mana, dari mana, dan yang
mana sering ditemui dalam tulisan seperti yang terlihat pada data
berikut.
(11) Kantor di
mana dia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
(12) Kita akan teringat peristiwa 56 tahun
yang lalu di mana waktu itu
bangsa Indonesia telah berikrar.
(13) Rumah yang di depan mana terdapat kios kecil kemarin terbakar.
(14) Sektor pariwisata yang mana merupakan tulang punggung perekonomian
negara
harus senantiasa ditingkatkan.
(15) Mereka tinggal jauh dari kota dari mana lingkungannya masih asri.
Bentuk-bentuk di mana, di depan mana, dari mana, yang
mana, dan dari mana dalam
bahasa Indonesia dipakai untuk menandai kalimat tanya. Bentuk di mana dan dari mana dipakai untuk menyatakan ‘tempat’, yaitu ‘tempat
berada’ dan ‘tempat asal’, sedangkan yang
mana untuk menyatakan pilihan. Jadi, kalimat (11-15) di atas seharusnya
diubah menjadi:
(11a) Kantor tempat dia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
(12a) Kita akan teringat peristiwa 56
tahun yang lalu yang waktu itu
bangsa Indonesia
telah berikrar.
(13a) Rumah yang di depan kios kecil kemarin terbakar.
(14a) Sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung
perekonomian negara harus
senantiasa ditingkatkan.
(15a) Mereka tinggal jauh dari kota yang lingkungannya masih asri.
3. Kalimat
Mengandung Makna Ganda
Agar kalimat tidak
menimbulkan tafsir ganda, kalimat itu harus dibuat selengkap mungkin atau memanfaatkan
tanda baca tertentu. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut.
(16) Dari keterangan masyarakat daerah itu belum
pernah diteliti.
(17) Lukisan Basuki Abdullah sangat terkenal.
Pada kalimat (16)
di atas terdapat dua kemungkinan hal yang belum pernah diteliti yaitu masyarakat di daerah itu atau daerahnya. Agar konsep yang
diungkapkan kalimat itu jelas, tanda
koma harus digunakan sesuai dengan konsep yang dimaksudkan. Kalimat (16)
tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
(16a) Dari keterangan (yang diperoleh),
masyarakat daerah itu belum pernah diteliti.
(16b) Dari keterangan masyarakat, daerah itu belum
pernah diteliti.
Pada kalimat (17)
terdapat tiga kemungkinan ide yang dikemukakan, yaitu yang sangat terkenal
adalah lukisan karya Basuki Abdullah atau lukisan diri Basuki Abdullah atau
lukisan milik Basuki Abdullah seperti yang terlihat data-data (17a), (17b), dan
(17c) berikut.
(17a) Lukisan karya Basuki Abdullah sangat
terkenal.
(17b) Lukisan diri Basuki Abdullah sangat
terkenal.
(17c) Lukisan milik Basuki Abdullah sangat
terkenal.
Pemakaian tanda
hubung juga dapat digunakan untuk memperjelas ide-ide yang diungkapkan pada
frase pemilikan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan berikut.
(18) Ani baru saja membeli buku sejarah baru.
Kalimat (18) di
atas mengandung ketaksaan yaitu yang baru itu buku sejarahnyakah atau sejarahnya
yang baru. Untuk menghindari ketaksaan makna, digunakan tanda hubung
agar konsep yang diungkapkan jelas sesuai dengan yang dimaksudkan. Kalimat
(18a) yang baru adalah buku sejarahnya, sedangkan kalimat (18b) yang baru
adalah sejarahnya.
(18a) AAni baru saja membeli buku-sejarah baru.
(18b) Ani baru saja membeli buku sejarah-baru.
4. Kalimat Bermakna Tidak Logis
Kalimat efektif
harus dapat diterima oleh akal sehat atau bersifat logis. Kalimat
(19) berikut tergolong kalimat yang tidak logis.
(19) Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah
selesailah makalah ini.
Kalau kita
perhatikan secara sepintas kalimat (19) di atas tampaknya tidak salah. Akan
tetapi, apabila diperhatikan lebih seksama ternyata tidak masuk akal. Seseorang
untuk menyelesaikan sebuah makalah harus
bekerja dulu dan tidak mungkin makalah
itu akan dapat selesai hanya dengan membaca alhamdulillah. Jadi, supaya kalimat itu dapat diterima, kalimat
itu dapat diubah menjadi:
(20a) Syukur alhamdulillah penulis
panjatkan ke hadirat Allah Yang Mahakuasa karena dengan izin-Nya jualah makalah
ini dapat diselesaikan.
5. Kalimat
Mengandung Pleonasme
Kalimat pleonasme
adalah kalimat yang tidak ekonomis atau mubazir karena adaterdapat kata-kata
yang sebetulnya tidak perlu digunakan. Menurut Badudu (1983:29) timbulnya
gejala pleonasme disebabkan oleh (1) dua kata atau lebih yang sama maknanya
dipakai sekaligus dalam suatu ungkapan, (2) dalam suatu ungkapan yang terdiri
atas dua patah kata, kata kedua sebenarnya tidak diperlukan lagi sebab maknanya
sudah terkandung dalam kata yang pertama, dan (3) bentuk kata yang dipakai
mengandung makna yang sama dengan kata kata lain yang dipakai bersama-sama
dalam ungkapan itu.
Contoh-contoh
pemakaian bentuk mubazir dapat dilihat berikut ini.
(20) Firmarina meneliti tentang teka-teki bahasa Minangkabau.
(21) Banyak pemikiran-pemikiran yang dilontarkan dalam pertemuan
tersebut.
(22) Pembangunan daripada waduk itu menjadi sisa-sia pada musim kemarau panjang
ini.
(23) Air sumur yang digunakan penduduk tidak sehat
untuk digunakan.
(24) Jika
dapat ditemukan beberapa data lagi, maka gejala penyimpangan perilaku itu
dapat
disimpulkan.
Pada kalimat (20)
kata tentang (preposisi
lainnya) yang terletak antara predikat dan objek tidak boleh digunakan karena
objek harus berada langsung di belakang predikat. Pada kalimat (21) kata pemikiran tidak perlu diulang karena
bentuk jamak sudah dinyatakan dengan menggunakan kata banyak. Atau dengan kata
lain, kata banyak dapat juga
dihilangkan. Pada kalimat (22) kata daripada
tidak perlu digunakan karena antara unsur-unsur frase pemilikan tidak
diperlukan preposisi. Pada kalimat (23) terdapat pengulangan keterangan ‘yang digunakan’. Pengulangan ini
tidak perlu. Pada kalimat (24) terdapat dua buah konjungsi yaitu jika dan maka.Dengan adanya dua konjungsi ini, tidakdiketahui unsur mana
sebagai induk kalimat dan unsur mana sebagai anak kalimat.
Dengan demikian
kedua unsur itu merupakan anak kalimat. Jadi, kalimat (24) tidak mempunyai
induk kalimat. Kalau begitu, satu konjungsi harus dihilangkan supaya satu dari
dua unsur itu menjadi induk kalimat. Jadi, kalimat-kalimat (20-24) dapat diubah
menjadi kalimat efektif sebagaimana terlihat pada data berikut.
(20a) Firmarina meneliti teka-teki bahasa Minangkabau.
(21a) Banyak pemikiran-pemikiran baru dilontarkan dalam pertemuan
tersebut.
(21b) Pemikiran-pemikiran
baru dilontarkan dalam pertemuan tersebut.
(22a) Pembangunan waduk itu menjadi
sisa-sia pada musim kemarau panjang ini.
(23a) Air sungai yang digunakan penduduk tidak
sehat.
(24a) Jika dapat ditemukan beberapa data lagi, gejala penyimpangan
perilakuitu dapat disimpulkan.
Berikut ini akan
dicontohkan kalimat pleonasme yang terdiri atas dua kata atau lebih yang
mempunyai makna yang hampir sama.
(25) Kita harus bekerja keras agar supaya tugas
ini dapat berhasil.
Kalimat (25) akan
efektif jika diubah menjadi:
(25a) Kita harus bekerja keras supaya tugas ini
dapat berhasil.
(25b) Kita harus bekerja keras agar tugas ini
dapat berhasil.
6. Kalimat
dengan Struktur Rancu
Kalimat rancu
adalah kalimat yang kacau susunannya. Menurut Badudu (1983:21) timbulnya
kalimat rancu disebabkan oleh (1) pemakai bahasa tidak mengusai benar struktur
bahasa Indonesia yang baku, yang baik dan benar, (2) Pemakai bahasa tidak memiliki
cita rasa bahasa yang baik sehingga tidak dapat merasakan kesalahan bahasa yang
dibuatnya, (3) dapat juga kesalahan itu terjadi tidak dengan sengaja. Untuk
lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.
(26) Dalam masyarakat Minangkabau mengenal sistem
matriakat.
(27) Mahasiswa dilarang tidak boleh memakai sandal
kuliah.
(28) Dia selalu mengenyampingkan masalah itu.
Kalimat (26) di atas disebut kalimat rancu karena kalimat tersebut tidak
mempunyai subjek. Kalimat (26) tersebut dapat diperbaiki menjadi kalimat aktif
(26a) dan kalimat pasif (26b). Sementara itu, kalimat (27) terjadi kerancuan
karena pemakaian kata dilarang dan
tidak boleh disatukan
pemakaiannya. Kedua kata tersebut sama maknanya. Jadi, kalimat (27) dapat
diperbaiki menjadi kalimat (27a) dan (27b). Pada kalimat (28) kerancuan terjadi
pada pembentukan kata dan kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi kalimat
(28a).
(26a) Masyarakat Minangkabau mengenal sistem
matriakat.
(26b) Dalam masyarakat Minangkabau dikenal sistem
matriakat.
(27a) Mahasiswa dilarang memakai sandal
kuliah.
(27b) Mahasiswa tidak boleh memakai sandal
kuliah.
(28a) Dia selalu mengesampingkan masalah
itu.
Di samping itu,
juga terdapat bentukan kalimat yang tidak tersusun secara sejajar. Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh berikut.
(29) Program kerja ini sudah lama
diusulkan, tetapi pimpinan belum menyetujui.
Ketidaksejajaran
bentuk pada kalimat di atas disebabkan oleh penggunaan bentuk kata kerja pasif diusulkan yang dikontraskan dengan bentuk
aktif menyetujui. Agar menjadi sejajar, bentuk pertama menggunakan
bentuk pasif, hendaknya bagian kedua pun menggunakan bentuk pasif. Sebaliknya,
jika yang pertama aktif, bagian kedua pun aktif. Dengan demikian, kalimat
tersebut akan memiliki kesejajaran jika bentuk kata kerja diseragamkan menjadi
seperti di bawah ini.
(29a)Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi belum disetujui pimpinan.
(29b)Kami sudah lama mengusulkan program ini, tetapi pimpinan belum menyetujuinya.
Pola Kesalahan
Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang
umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang
efektif.
1. Penggunaan dua
kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat :
-
Sejak dari usia delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan
ayahnya.)
-
Hal
itu disebabkan karena
perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang
kurang menyenangkan.
-
Ayahku
rajin bekerja agar supaya dapat
mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin
bekerja agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup.)
-
Pada
era zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.
(Pada zaman modern ini teknologi berkembang
sangat pesat.)
-
Berbuat
baik kepada orang lain adalah
merupakan tindakan terpuji.
(Berbuat baik kepada orang
lain merupakan tindakan terpuji.)
2. Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’
struktur kalimat :
-
Menurut
berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan
segera diubah. / Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.
-
Kepada
yang bersalah harus dijatuhi hukuman
setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)
3. Penggunaan
imbuhan yang kacau :
-
Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)
-
Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi
perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi
perbuatannya.
-
Operasi yang dijalankan Reagan memberi dampak buruk.
(Oparasi yang dijalani Reagan berdampak buruk)
-
Dalam pelajaran BI mengajarkan juga
teori apresiasi puisi.
(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi puisi. / Pelajaran BI mengajarkan juga apresiasi puisi.)
4. Kalimat tak selesai :
-
Manusia
yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin
berinteraksi.)
-
Rumah yang besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu terbakar.)
5.
Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku :
-
Kita
harus bisa merubah kebiasaan
yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)
Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci, menyontoh,
menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik, menyampakkan,
menyampuri, menyelupkan dan
lain-lain, padahal seharusnya mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan,
mencambuk, mencaplok, mencekik, mencampakkan, mencampuri, mencelupkan.
-
Pertemuan
itu berhasil menelorkan ide-ide
cemerlang.
(Pertemuan itu
telah menelurkan ide-ide
cemerlang.)
-
Gereja
itu dilola oleh para rohaniawan secara professional.
(Gereja itu
dikelola oleh para rohaniwan secara professional.)
- negri menjadi negeri
- kepilih menjadi terpilih
- faham menjadi paham
- ketinggal menjadi tertinggal
- himbau menjadi imbau
- gimana menjadi bagaimana
- silahkan menjadi silakan
- jaman menjadi zaman
- antri menjadi antre
- trampil menjadi terampil
- disyahkan menjadi disahkan
6. Penggunaan
tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ :
-
Saya
menyukainya di mana
sifat-sifatnya sangat baik.
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)
-
Rumah
sakit di mana orang-orang
mencari kesembuhan harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan
harus selalu bersih.)
-
Manusia
membutuhkan makanan yang mana makanan
itu harus mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.
(Manusia
membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.)
7. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :
-
Seorang
daripada pembatunya pulang ke
kampung kemarin.
(Seorang di antara pembantunya pulang ke
kampung kemarin.)
-
Seorang
pun tidak ada yang bisa menghindar daripada
pengawasannya.
(Seorang pun tidak
ada yang bisa menghindar dari
pengawasannya.)
-
Tendangan
daripada Ricky Jakob berhasil
mematahkan perlawanan musuh.
(Tendangan Ricky
Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.)
8. Pilihan kata yang tidak tepat :
-
Dalam
kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan
waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan
itu Presiden Yudhoyono menyempatkan
diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.)
-
Bukunya
ada di saya.
(Bukunya ada pada saya.)
9.
Kalimat
ambigu yang dapat menimbulkan
salah arti :
-
Usul
ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai pembicaraan
damai antara komunis dan pemerintah yang gagal.
Kalimat di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang gagal?
Pemerintahkah atau pembicaraan damai yang pernah dilakukan?
(Usul ini merupakan
suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang
gagal antara pihak komunis dan pihak pemerintah.
-
Sopir
Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri
Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang
dimaksud Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau
sopirnya?
(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)
10. Pengulangan kata yang tidak perlu
:
-
Dalam
setahun ia berhasil menerbitkan
5 judul buku setahun.
(Dalam setahun ia
berhasil menerbitkan 5 judul buku.)
-
Film
ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang
Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang
saling menjatuhkan.
(Film ini
menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan
yang saling menjatuhkan.)
11.
Kata
‘kalau’ yang dipakai secara salah :
-
Dokter
itu mengatakan kalau penyakit
AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu
mengatakan bahwa penyakit AIDS
sangat berbahaya.)
-
Siapa
yang dapat memastikan kalau kehidupan
anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?
(Siapa yang dapat
memastikan bahwa kehidupan anak
pasti lebih baik daripada orang tuanya?)
CONTOH-CONTOH KALIMAT EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF
1.
Bagi
semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus mebayar uang kuliah ( tidak efektif
)
Seharusnya :Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
Seharusnya :Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
2.
Penyusunan
laporan itu saya dibantu oleh para dosen ( tidak efektif )
Seharusnya :Dalam menyusun laporan itu, saya di bantu oleh para dosen.
Seharusnya :Dalam menyusun laporan itu, saya di bantu oleh para dosen.
3.
Soal
itu saya kurang jelas ( tidak efektif )
Seharusnya :Soal itu bagi saya kurang jelas.
Seharusnya :Soal itu bagi saya kurang jelas.
4.
Kami
datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama (
tidak efektif )
Seharusnya :Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
Seharusnya :Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
5.
Bahasa
Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu ( tidak efektif )
Seharusnya : Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
Seharusnya : Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
6.
Sekolah
kami yang terletak di depan bioskop Gunting ( tidak efektif )
Seharusnya : Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
Seharusnya : Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
7.
Harga
minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes ( tidak efektif )
Seharusnya : Harga minyak dibekukan atau dinaikan secara luwes.
Seharusnya : Harga minyak dibekukan atau dinaikan secara luwes.
8.
Karena
ia tidak diundang , dia tidak datang ke tempat itu ( tidak efektif )
Seharusnya : Karena tidak diundang , dia tidak datang ke tempat itu.
Seharusnya : Karena tidak diundang , dia tidak datang ke tempat itu.
9.
Hadirin
serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden datang ( tidak
efektif )
Seharusnya : hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Seharusnya : hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
10.
Dia
hanya membawa badannya saja ( tidak efektif )
Seharusnya : Dia hanya membawa badannya.
Seharusnya : Dia hanya membawa badannya.
11.
Sejak
dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.
12.
Surat
itu sudah saya baca ( tiak efektif )
Seharusnya : Surat itu sudah saya baca.
Seharusnya : Surat itu sudah saya baca.
13.
Saran
yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
14.
Mereka
membicarakan dari pada kehendak rakyat ( tidak efektif )
Seharusnya : Mereka membicarakan kehendak rakyat.
Seharusnya : Mereka membicarakan kehendak rakyat.
15. Pekerjaan itu dia tidak cocok ( tidak efektif )
Seharusnya : Pekerjaan itu bagi dia tidak cocok.
Seharusnya : Pekerjaan itu bagi dia tidak cocok.
BAB III
PENUTUP
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Akan
tetapi, membuat kalimat efektif tidaklah gampang karena memerlukan keterampilan
tersendiri. Kesalahan yang banyak ditemukan dapat dikelompokkan sebagai
berikut, yaitu (1) ketidaklengkapan unsur kalimat, (2) kalimat dipengaruhi
bahasa Inggris, (3) kalimat mengandung makna ganda, (4) kalimat bermakna tidak
logis, (5) kalimat mengandung gejala pleonasme, dan (6) kalimat dengan struktur
rancu.
Daftar Rujukan
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983.
Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung:
Pustaka Prima.
Badudu, J.S. 1991.
Pelik-pelik Bahasa Indonesia .Bandung:
Pustaka Prima.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta:Gramedia pustaka
Prima.
Ramlan, M. dkk. 1994. Bahasa Indonesia yang Salah dan Yang Benar. Yogyakarta:
Andi Offset Yogyakarta.
Nazar, Noerzisri A. 1991. Bahasa indonesia Ragam Ilmiah dan Kumpulan
Soal Ujian Bahasa Indonesia. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar