Jumat, 17 Desember 2010

Kasus Dalam Suatu Perusahaan


Kali ini saya akan membahas dan mengulas sebuah kasus di dalam suatu perusahaan untuk lebih jelasnya mari kita bahas.

PENGEMBANGAN YANG DIPROGRAM ?

Hari Wibowo adalah seorang partisipan dalam program latihan perusahaan yang disebut Studi Prosedur dan Sistem. Para partisipan bertemu sekali seminggu selama dua jam dalam periode delapan bulan. Program disusun oleh seorang Profesor sebuah Universitas setempat.

Sebagai bagian persyaratan-persyaratan program, setiap partisipan diharuskan membuat semacam proyek studi kerja yang dipilihnya sendiri dengan gagasan penganalisaan secara kritis terhadap kegiatan-kegiatan kerja yang diamati, dan pemberian saran perbaikan-perbaikan melalui aplikasi teknik-teknik dan konsep-konsep yang dipelajari dalam program. Profesor pada permulaan menekankan pentingnnya “unsur manusia” sebagai salah satu faktor utama yang harus diperhatikan dalam studi seperti itu.

Hari Wibowo mempunyai jabatan sebagai Teknisi Perencanaan. Dalam kapasitas ini, dia menangani kegiatan-kegiatan pengkoordinasian antara departemen-departemen pengoperasian, produksi dan teknis. Proyek studi-kerja yang dipilihnya untuk program latihan bersangkutan dengan pembelian dan pemesanan peralatan berat instalansi pabrik baru yang sedang dibangun oleh perusahaan. Ini terutama berkaitan dengan pengawasan biaya-biaya yang berhubungan dengan peralatan yang dibeli yang kadang-kadang “didongkrokkan” terbungkus beminggu-minggu di lokasi pabrik baru sebelum dipasang. Hari Wibowo telah menganalisa prosedur schedulling departemen konstruksi dan prosedur-prosedur pembelian departemen pengoperasian plus spesifikasi-spesifikasi dan desain peralatan yang ditetapkan oleh departemen teknik. Dia berpendapat bahwa jutaan rupiah dapat dihemat oleh perusahaan setiap tahun bila departemen konstruksi dan pengoperasian bersedia menerima prosedur-prosedur perencanaan formal dan pembelian yang dia usulkan. Dia merasa yakin bahwa analisanya terhadap masalah tersebut adalah benar dan analisanya terhadap penghematan biaya potensial adalah akurat.

Setelah presentasi proyek studi-kerjanya dihadapkan para partisipan lainnya dalam program latihan, dia merasa sangat senang bahwa kelompok dan Profesor menilai proyeknya sebagai proyek yang “masuk akal”, dan baik. Setelah itu, dia menjelaskan usulannya kepada atasannya langsung, Wakil Direktur Teknis. Dia berharap-harap cemas untuk segera mengetahui hasil pertemuan komite manajemen eksekutif yang membahas usulan prosedur-prosedur barunya yang diajukan oleh Wakil Direktur Teknisnya.

Dua minggu kemudian wakil direktur teknis memanggil Wibowo ke kantornya dan memberitahukan bahwa prosedur-prosedur perencanaan dan pembelian yang dia sarankan telah diajukan ke komite manajemen eksekutif. Reaksi dari komite tersebut adalah keras! Mereka menolak bahwa seorang yang mempunyai jabatan hanya sebagai teknisi perencanaan memotong garis fungsional dan membuat rekomendasi di luar bidangnya. Mereka tidak menyukai implikasi bahwa kegiatan-kegiatan mereka memboroskan uang perusahaan jutaan rupiah setiap tahun, dan mereka menuntut wakil direktur teknis agar Wibowo dipertimbangkan untuk di pesona non grata dalam departemen mereka.

Wakil direktur teknis menyarankan kepada Hari Wibowo bahwa mungkin lebih baik baginya dipindahkan ke divisi lain dalam perusahaan. Paling tidak dia tidak akan menanggung resiko menjumpai eksekutif-eksekutif tersebut secara pribadi.

***

Dari kasus di atas pasti kita bertanya-tanya dapatkah Wibowo menghindari masalah yang berkaitan dengan usulannya ? Bagaimana ? jawabannya adalah Dapat, caranya dengan menerangkan sejelas-jelasnya kepada atasannya tentang keikutsertaan Wibowo sebagai seorang partisipan dalam program latihan perusahaan yang disebut Studi Prosedur dan Sistem. Wibowo menggambarkan analisanya terhadap perusahaan agar bisa melakukan penghematan setiap tahunnya. Keyakinan inilah yang mendorong Wibowo dalam analisanya untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaannya agar dapat lebih maju. Meskipun jabatan Wibowo hanya sebagai Teknisi Perencanaan bukanlah menjadi hambatan untuk ia dapat berkreasi dan dapat merubah perusahaan untuk menjadi lebih baik.

Kemudian muncul lagi pertanyaan bagaimana seharusnya wakil direktur teknis menangani usulan Wibowo ? Seharusnya wakil direktur teknis dapat mempertahankan pendapat Wibowo di depan komite manajemen eksekutif karena prosedur-prosedur perencanaan dan pembelian yang Wibowo sarankan sangatlah masuk akal dan kemungkinan besar dapat memajukan perusahaan di kemudian hari.

Pendapat saya tentang saran Wakil Direktur bahwa Wibowo seharusnya dipindahkan ke divisi lain. Setuju, karena maksud dari Wakil Direktur itu baik, wakil direktur ingin Wibowo tetap dapat bekerja di perusahaan tersebut tapi dengan catatan Wibowo lebih baik dipindahkan ke divisi lain agar tidak menjumpai eksekutif-eksekutif tersebut secara pribadi karena para eksekutif itu tidak ingin Wibowo berkerja di perusahaan itu lagi karena dianggap memotong garis fungsional dan membuat rekomendasi di luar bidangnya.

Pendapat saya tentang apa yang harus dilakukan Wibowo sekarang adalah sebaiknya Wibowo tidak putus asa karena analisanya telah di tolak secara keras oleh para eksekutif. Untuk masalah ia harus dipindahkan ke divisi lain, ini merupakan jalan terbaik untuk Wibowo yang di ambil oleh wakil direktur karena wakil direktur masih mengharapkan Wibowo dapat bekerja di perusahaan tersebut walaupun para eksekutif sudah tidak menginginkan Wibowo bekerja di perusahaan itu lagi.

Demikian hasil penganalisaan saya dalam hal kasus di dalam suatu perusahaan, semoga dapat membantu anda semua.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar